Review Penjaja Cerita Cinta
Judul Buku : Penjaja Cerita
Cinta
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : Diva Press
Tahun terbit : 2013
Jml hal : 192
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terima
kasih kepada pak @Edi_Akhiles yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk
menulisakan review bukunya: Penjaja Cerita Cinta. Buku tersebut
saya dapatkan secara gratis, ya gratis. Syaratnya hanya mewajibkan kita untuk
menuliskan review singkat seletah menerimanya.
Dalam review berikut ini saya hanya mengomentari
apa yang dapat diberi komentar. Jika ada salahnya, ya maaf, saya kan bukan
editor naskah, ataupun sejenisnya. Maka dari itu saya mohon maaf sekali lagi,
jikalau komentar saya terlihat ngasal
atau tidak bermutu. Soalnya saya hanya mengandalkan kemampuan otak saya yang
pas-pasan ini. Selamat menyimak!
***
Dalam buku ini terdapat 15 cerpen. Ada
beberapa juga yang diambil dari blog pak @Edi_Akhiles. Ada banyak teknik
penulisan sebuah cerita dalam buku ini. Ada yang sastra berat, setengah berat,
sampai ada jenis cerita yang penulisanya khas anak muda jaman sekarang, encer
banget. Hal itu bagus menurut saya. Beliau menunjukkan bahwa menulis itu tidak
harus terlalu terpaku hanya pada satu teknik. Teknik menulis itu beragam.
Ohya, dalam review berikut saya tidak
akan menceritakan alur atau jalannya cerita, takutnya jadi spoiler. Oke, tidak usah banyak cocot-bacot, cekidot!
***
||Penjaja cerita cinta||Tokoh utama dalam cerita ini bernama Senja.
Jujur saja, pada awalanya saya kurang ngeh
waktu pertama kali membaca cerpen ini. Lalu saya ulangi, dan saya baru paham
jalan ceritanya. Singkat kata, sang tokoh utama, Senja, sedang dilanda parasaan
rindu terhadap kekasihnya yang telah berjanji akan kembali kepadanya diwaktu
senja. Lama, lama sekali Senja menunggu, tapi kekasihnya tak kunjung kembali.
Tapi, Senja selalu setia menunggunya disetiap senja.
Ada hal yang membuat saya sedikit
bingung pada saat membaca cerpen tersebut. Yaitu, terlalu banyak kata senja
dalam cerpen tersebut. Ada Senja untuk nama tokoh utama, dan satunya lagi untuk
setting waktu. Seringkali saya harus mengulang kalimat untuk mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi.
Dan satu lagi, saya, jujur, sedikit
terganggu dengan adanya adegan *tiiiitt*. Menurut saya alangkah baiknya jika
adegan tersebut tidak dimasukkan. Takutnya mengganggu jalannya cerita. Disitu
juga, umur si Nyonya Sri tidak dijelaskan secara detail. Hanya dijelaskan
dengan kata, ‘tak lagi belia’. Mohon dijelaskan, mungkin dengan umur? Supaya
dapat membantu pembaca untuk melihatnya di imajinasi pembaca.
Dan menurut saya ending dari cerpen
ini sedikit tidak logis.
||Love is Ketek!||Sama halnya dengan cerpen Penjaja Cerita
Cinta, disini saya juga bingung dengan tokohnya. Dalam cerpen ini saya bingung
dengan nama pacarnya. Di hal-47 disitu diterangkan bahwa nama pacarnya itu
Parmini, sedangkan di hal-49 dan 51 berganti menjadi Ve. Jadi, nama yang sebenarnya
itu siapa? Mungkinkah nama lengkap Parmini ada kata Ve? Dan kalau parmini itu
nama panggilanya, mohon dijelaskan, kenapa dia kok bisa dipanggil Parmini?
||Cinta tak berkata-kata||Cerpen ini menunjukkan pada kita, bahwa disaat
kita mencintai seserorang, jangan berkata saja, tapi buatlah apa yang kamu
katakan itu menjadi kenyataan. Saat membaca cerpen ini saya seperti membac
cerita hidup saya sendiri. Tidak tahu kenapa, tapi saya suka cerpen ini!
||Dijual murah surga seisinya|| Tamparan
Tuhan|| Aku bukan batu, dan Cerita sebuah kemaluan||Menurut saya keempat cerpen ini memiliki
tujuan yang sama, yaitu menginginkan kita agar selalu ingat pada Tuhan, dan
tidak bermain-main dengan-Nya.
Dijual Murah Surga Seisinya salah satu cerpen favorit saya di buku ini.
Saya tidak tahu ini kisah nyata atau hanya sebuah cerita fiksi belaka, namun
saya sangat menyukai tema dan pesan dari cerita ini. Setelah membaca cerpen
ini, saya seakan-akan terbangun dari tidur saya.
Dalam cerpen ini menerangkan kalau
ingin masuk surga itu mudah, dan dapat dibeli dengan harga yang cukup murah. Yaitu
dengan hanya membelanjakan uang sebesar seribu rupiah dijalan-Nya setiap
minggunya kita akan dapat surga beserta isinya. Luar biasa bukan? Bandingkan
dengan uang yang kita gunakan untuk membeli barang-barang yang tidak berguna? Cerpen
ini dikemas secara ringan, dan sangat mudah dipahami, dan akibatnya juga luar
biasa untuk diri kita sendiri! seperti mendapatkan petunjuk untuk hidup.
Tamparan Tuhan, menjelaskan agar kita tidak boleh
memanfaatkan status kita sebagai orang yang di dzalimi untuk mendzalimi orang
lain. Terima kasih telah mengingatkan saya.
Aku bukan batu. Saya sedikit terganggu pada kata ‘Nggak’ di
cerpen ini. Mislanya pada dialog, “Ah, aku nggak percaya omonganya!” Alangkah
baiknya kata ‘nggak’ diganti dengan tidak. kenapa? karena menurut saya cerpen
ini termasuk golongan cerpen yang nyastra(?). jadi itu mengurangi ke-nyastraan
cerpen tersebut.
Dari keempat cerpen tersebut saya
mengetahui bahwa Pak Edi bukan hanya seorang penulis semata, tetapi juga guru,
atau lebih tepatnya uztad. Karena banyak memberikan pencerahan di setiap cerpen
yang dituliskannya.
|| Menggambar tubuh Mama||
Seperti beberapa cerpen pak Edi yang
lainnya berpesan kepada kita untuk bersyukur kalau ibu kita masih ada disisi
kita, menemani, dan merawat kita. Saya sedikit terganggu dengan pengulangan
kata yang digunakan untuk menjelaskan si Pembunuh mama. Tapi, dari alur ceritanya
bagus. Ditambah lagi ada adegan yang menceritakan ketika sang anak melihat
kepala ibunya yang menggelinding. Tragis menurut saya. Yang saya pikirkan
adalah reaksi si anak yang menurut saya tidak logis. Seharusnya si anak ini
mencari bantuan. Tapi dia lebih memilih tidur di amping mamanya. Bukankah itu
mngerikan untuk ukuran anak kecil? Maaf, jika saya salah.
||
Secangkir Kopi Untuk Tuhan (In Memoriam 58 Super Sic)||
Mungkin cerpen ini kisah nyata pak
Edi, dan mungkin sekali pak Edi penggemar berat MotoGP. Singkat kata, setting
waktu cerpen ini terjadi pada waktu meninggalnya Marco Simoncelli di sirkuit
sepang, Malaysia lalu. Saya sangat suka penggambaran pak Edi di cerpen ini. Menjelaskan
bahwa kematian bisa datang kapan saja, termasuk waktu kita melakukan hal yang
kita cintai.
“Kematian Simoncelli memebanrkan ungkapan bahwa semua orang akan mati di anatar sesuatu yang dicintainya,” suara kakakku merobek sehelai rambutku.—hal-85
||Tak Tunggu Balimu|| Cinta Cantik|| dan si
X, si X God| Saya sengaja mengabungkan
ketiga cerpen ini dalam satu ringkasan. Karena menurut saya karakteristik
ketiga cerpen itu sama. Yakni, menyelipkan ilmu-ilmu umum di dalamnya. Apa lagi
dengan cerpen tak tunggu balimu, mencampurkan ilmu umum dengan dangdut koplo.
Unik sekali. Namun, menurut saya itu terkesan membosankan dan monoton.
Penjelasannya terlalu panjang, hanya dengan sekali tarikan napas.
Si X, si X and God membuktikan
perkataan saya tadi, kalau Pak Edi ingin menunjukkan cara menulis cerita itu
beragam. Cerpen ini ditulis dengan format 99% dialog. Sedikit membuat saya bingung
memang. Pada walnya saya sempat bertanya, “Sebenernya, ini cerita tentang apa,
ya?”
“Jika engkau ingin melihat indahnya fajar, maka engkau harus melihat kelamnya malam...”—Kahlil Gibran, hal-112.
||Abah I Love You...|| dan Lengking
Hati Seorang Ibu yang ditinggal Anaknya||
Dua cerpen ini mengingatkan kepada
kita akan kecintaan kedua orang tua kepada kita. Memberitahu seberapa besar
rasa sayang seorang ayah, dan membuatnya menjadi orang yang terlalu posesif.
Dan kerinduan seorang ibu ketika menunggu anaknya pulang. Ibu rela tak
berselimut, sedangkan anaknya merasakan kehangatan karena ada dua selimut
membalut tubuhnya.
||Munyuk||
Saya menyesalkan Pak Edi yang
menuliskanya kurang panjang. Menurut saya, cerpen tersebut belum selesai.
Kurang lengkap. Hasilnya saya masih bertanya-tanya.
Itulah review singkat dari saya. Kalau
ada kurangnya, ya, maaf. Saya kan bukan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar