[Review] Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh
Judul: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh (KPBJ)
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah: 322 Halaman
ISBN: 9786028811729
Rate: 2/5
Dugaan awal, setelah membaca keping pertama, adalah buku ini
akan mengisahkan sebuah cerita bertemakan persahabatan. Ya, di awal kita akan
diperkenalkan dengan dua tokoh yang berperan penting dalam jalanya cerita. Dimas
dan Reuben. Semakin banyak halaman yang saya baca, semakin jauh dugaan saya
melenceng.
Kemudian, para pembaca akan dibuat bertanya-tanya dengan
hadirnya sosok Supernova. Low profile dan misterius. Beberapa kali ia turut
ambil bagian di sela-sela bab. Yang menurut saya, agak menggangu konsentrasi si
pembaca. Karena, saya rasa, orang akan membutuhkan waktu untuk berpindah sudut,
pikiran, tempat dan semacamnya. Belum
lagi, cerita tersebut ada dua bagian menurut saya. Tentang Dimas dan Reuben dan
juga cerita yang mereka berdua tulis mengenai dongen Ksatria, Putri an Bintang
Jatuh. Oh satu lagi, rasanya pergantian sudut pandang juga membuat para pembaca
bingung.
Ketika sedang khusuk menyelami sudut pandang Dimas dan
Reuben, tiba-tiba berpindah menjadi Arwin, Ferre, Diva dan Supernova. Itu
membingungkan, bagi saya sebagai orang awam. Apalagi, ada beberapa tokoh yang
terkesan dipaksa dan terlihat sangat tak masuk logika. Kepintaran seorang Diva,
si pelacur kelas atas, sangat diatas rata-rata. Bahkan, ia tak pantas menjadi
seorang pelacur dengan pemikiran atau pandangan-pandangannya.
Dengan penyampaian menggunakan sudut pandang orang ketiga,
si penulis, Dee Lestari, terlihat sangat piawai menggunakanya. Susunan kalimat,
yang menurut saya, mengalir, membuat pembaca tidak mudah bosan dengan cerita
ini meskipun, menurut saya sendiri, pada bab-bab tengah terjadi penurunan
konflik. Entah kenapa saya merasakan hal itu.
Novel ini menawarkan sebuah kisah yang mungkin saja menurut
orang Indonesia tabu. Kenapa, bacalah sendiri, nanti kalian akan tahu sendiri
kenapa saya mengatakan itu. Dan saya harap, anda nanti tak menyesal jika membaca
buku ini. Namun, justru dengan keunikannya, ia mempunyai warna yang berbeda,
yang disukai oleh orang yang ingin mencari sesuatu yang beda.
Tahun 2000-an saya masih kecil, jadi tak tahu apa yang
terjadi ketika novel ini pertama kali terbit. Namun, setelah membaca
review-review lainnya, mengatakan bahwa tahun 2000-an sedang meledaknya isu
tentang seksualitas. Dan, and tahu, tokoh Dimas dan Reuben dalam tokoh ini ada
pasangan gay. Itu mengejutuan bagi saya. Sebetulnya, saya juga meras enggan
melanjutkan membaca setelah mengetahui itu, apalagi pada tahap awal kita di
sambut oleh berbagai teori fisika kuantum, yang bagi saya hanya membingungkan
otak saja.
Namun semua kembali ke selera, di website khusus perkumpulan
pembaca buku, Goodreads, banyak yang memberikan pujian pada buku ini dan tak
segan memberikan bintang 5 dari 5. Beberapa lainnya ada yang memberikan hanya
satu bintang, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa tak akan membaca seria dari buku
ini lagi.(Rise, Jun 01 2015.)
Komentar
Posting Komentar