[Review Buku] Lelaki Harimau
Judul: Lelaki
Harimau
Penulis: Eka
Kurniawan
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan:
Ketujuh, Oktober 2016
Tebal: 190
halaman
ISBN:
978-602-03-2465-4
Blurb
Pada lanskap
yang surreal, Margio adalah bocah yang menggiring babi ke dalam perangkap.
Namun di sore ketika seharusnya rehat menanti musim perburuan, ia terperosok
dalam tragedy pembunuhan paling brutal. Di balik motif-motif yang berhamburan,
antara cinta dan pengkhianatan, rasa takut dan birahi, bunga dan darah, ia
menyangkal dengan tandas. “Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan
melanjutkan, “Ada harimau di dalam tubuhku.”
Ulasan
Terus terang,
dari sekian buku karangan penulis Indonesia, saya belum pernah membaca cerita
seliar milik Eka Kurniawan ini. Entah wawasan saya tentang kesusastraan Indonesia
yang lemah atau memang demikian kenyataannya. Dibalut rasa salut dan bangga
bahwa karya ini adalah hasil tarian jemari orang kelahiran Tasikmalaya, 1975.
Selain sampul
yang menarik mata, alasan lainnya kenapa saya memutuskan untuk membawa buku ini
ke kasir adalah blurb yang ada di belakang buku ini—yang bisa kalian baca
diatas. Timbul banyak pertanyaan dari judul maupun blurb buku ini, apa maksud
sebenarnya. Sempat saya berpikir bahwa ini adalah buku fantasi seperti yang
kebanyakan saya jumpai, yang mana cenderung tidak saya sukai, namun ada
ketertarikan ketika secara tersurat disampaikan bahwa ini adalah kasus
pembunuhan dan pelaku menyangkal dengan mengatakan ada harimau di dalam
tubuhnya. Saya senang membaca cerita misteri pembunuhan dan alasan lainnya
adalah di sampul depan tertulis ‘WINNER FT/OPPENHEIMERFUNDS EMERGING VOICES
AWARDS 2016’. Meskipun saya tak tahu betul kontes apa dan sebesar apa arti
kemenangan tersebut, tapi tentulah hal itu menjamin bahwa buku ini adalah yang
terbaik dan saya harus tahu kenapa demikian. Lebih dari itu, banyak komentar
positif di sampul belakang baik dari dalam maupun luar negeri.
Tidak seperti
buku-buku lainnya yang menguak pelaku pembunuhan di ujung cerita, buku ini
menaruhnya tepat di kalimat pertama bahkan mengatakannya di sampul belakang
buku. Jadi, kita akan diajak mencari tahu motif atau dasar seseorang hingga
sampai hati mengakhiri hidup orang lain, terlebih lagi, mengaku bahwa ada
harimau di dalam tubuhnya.
Dijelaskan asal
muasal Margio, si pelaku, beserta keluarga dan latar belakangnya. Hidupnya di
masa lampau dan kebiasaannya di masa sekarang. Lalu berlanjut pada tempat dan
tokoh-tokoh lainnya yang seolah menjadi teka-teki atau puzzle dari sebuah
cerita yang itu. Semua saling terkait dan mempengaruhi. Setiap tokoh dikenalkan
dengan baik, bahkan yang hanya tampil sekelebat saja, agar menutup segala tanya
di kepala kita.
Karena penjelasan
yang rinci itulah alur buku ini kadang maju, kadang mundur sedikit, maju lagi, mundur
jauh ke belakang, begitu terus hingga halaman terakhir. Pergantian latar dan
setting yang berulang-ulang dapat berpotensi membingungkan pembaca, namun saya
pribadi tak terlalu bermasalah dengan itu.
Bahasa yang
digunakan cukup lugas dan tanpa basa-basi. Penggunaan diksi yang pandai. Ada juga
sebuah keunikan, entah orang menggolongkannya kelebihan atau kekurangan, karena
Eka kadang menggunakan kata yang asing dalam kalimat-kalimatnya. Beberapa kali
saya membuka KBBI untuk mengetahui makna kata yang ia maksud agar tak hilang
imajinasi. Saya termasuk orang yang menganggap keputusan itu, menggunakan kosa
kata asing, adalah tindakan yang bagus untuk mengenalkan bahwa Bahasa Indonesia
punya banyak sekali padanan dan menambah perbendaharaan kata saya.
Eka lebih senang
bermain dalam narasi dan member dialog seperlunya saja. Hal ini juga berpotensi
membuat pembaca cepat bosan karena harus berkonsentrasi pada setiap kata dalam
narasi. Saya sendiri tak begitu mempermasalahkan hal ini, karena penulisan
narasi yang kuat menutupi penggunaan dialog yang sia-sia.
Ini novel yang
edan bagusnya. Dari novel ini saya penasaran dengan karang-karangan Eka
lainnya. Semoga bisa menjelajahi keliaran imajinasi Eka Kurniawan lagi.
Komentar
Posting Komentar