[Review Buku] Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi
Judul: Cuaca
Buruk Sebuah Buku Puisi
Penulis: Ibe S.
Palogai
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, 2018
Tebal: 92
halaman
ISBN:
9786020384061 // 9786020384078 (digital)
Bahwa derita
adalah muara dari cerita-cerita yang penuh makna, bagi mereka yang sadar akan
cara mengatasinya. Dan Ibe S. Palogai paham betul bagaimana mengolahnya menjadi
kata-kata serta rima dan berbuah menjadi sebuah karya yang patut disimak dan
ditelusuri diksi demi diksinya.
Terus terang,
dalam dunia sajak atau puisi, saya adalah awam dan tak banyak tahu perihal
untaian kata-kata. Tapi, tentu saya tahu nama-nama seperti Sapardi Djoko
Darmono, Chairil Anwar, WS Rendra, Joko Pinurbo, dan beberapa lainnya. Kemudian
saya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak lagi nama-nama baru sebagai
bentuk dukungan dan pembelajaran bagi diri sendiri. Dan bisa dibilang, buku ini
adalah perkenalan saya dengan Ibe S. Palogai dan saya bisa katakan, buku ini
sebuah perkenalan yang menyenangkan.
Sebelumnya, saya
sama sekali tak tahu perihal penyair asal Makassar ini, dan sepertinya ia harus
berterima kasih pada illustrator sampul serta Afrizal Malna, karena keduanya
adalah alasan saya memutuskan untuk membeli buku ini. Sampul yang menarik serta
komentar yang semakin memupuk rasa penasaran. Apalagi penggalan puisinya yang
berbunyi: bukankah liang kubur di
letakkan di sampul buku agar kau tak keliru menebak ke mana rantau membawa
kekasihmu – yang ditutup dengan tanda tanya (?).
Dan sama sekali
tak ada rasa sesal dalam keputusan tersebut. Puas saya menyelami
pemikiran-pemikiran dan sudut pandangnya dalam menyikapi derita sejarah masa
lalu—yang saya rasa ia ungkapkan dalam kata ‘Cuaca Buruk’ sebagai judul. Meskipun,
sebagai awam, seperti yang sudah saya bilang, saya harus mengulang membaca di
beberapa puisi untuk meresapi makna sebenar-benarnya. Tapi, anehnya, bukannya
paham, malah bingung yang saya dapat. Karena setiap membaca ulang, interpretasi
yang saya dapat berbeda-beda. Kemudian saya sadar bahwa puisi adalah sekedar
pemicu bagi imajinasi kita dan selalu tentang yang tak tertulis. Karena maknanya
begitu luas dan hanya empu dan Tuhan saja yang tahu maksudnya. Sebagai penikmat,
kita cukup menikmatinya saja.
Terima kasih Ibe
S. Palogai karena telah menunjukkan cara menghargai derita. Senang bisa
berkenalan dengan anda.
Bagaimana tema yang dipilih penyair?
BalasHapus